Tour de Flores (part 2) Sawah Jaring Laba-laba dan Gua Batu Cermin
7 Juli 2012 pukul 23:54
Tour de Flores
Day 2nd, Minggu 1 juli 2012
“Mata dan Motivasi iIlusi”
Road to Labuan Bajo (126 km)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi guys…hmm dinginnya kota Ruteng buat kami bermalasan untuk beraktifitas, airnya seperti es, tubuh menjadi `njegideg kalo tidak digerakkan. Akhirnya pagi itu kami putuskan untuk tidak membasuh diri untuk menjaga dan mengantisipasi kemungkinan terburuk respon tubuh yang mendapat perlakuan dan kondisi yang ekstream hehe (diplomasi dikit hehehe) walaupun ada juga sih yang nekat tapi overall its oke,…
7 Juli 2012 pukul 23:54
Tour de Flores
Day 2nd, Minggu 1 juli 2012
“Mata dan Motivasi iIlusi”
Road to Labuan Bajo (126 km)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi guys…hmm dinginnya kota Ruteng buat kami bermalasan untuk beraktifitas, airnya seperti es, tubuh menjadi `njegideg kalo tidak digerakkan. Akhirnya pagi itu kami putuskan untuk tidak membasuh diri untuk menjaga dan mengantisipasi kemungkinan terburuk respon tubuh yang mendapat perlakuan dan kondisi yang ekstream hehe (diplomasi dikit hehehe) walaupun ada juga sih yang nekat tapi overall its oke,…
ROad to Labuan Bajo | Tour de Flores (part 2) Sawah Jaring Laba-laba dan Gua Batu Cermin
Pagi ini kami akan berangkat menuju Labuan Bajo (akses ke pulau komodo) terlebih dahulu mampir kedaerah chancar (sawah berbentuk jarring laba-laba) sekitar 30an km dari kota Ruteng kearah Labuan Bajo dan Gua Batu Cermin Labuan Bajo. Setelah semua siap dan recheck, kami minta pamit dari kontrakkan yang menampung kami, sekitar pukul 7.00 WITA kami start dari Ruteng untuk menuju Chancar. Terimakasih maz aran, mba Sandra dan teman-teman lainnya yang bersedia menampung kami.
Ada sekitar satu jam berkeliling kota Ruteng untuk mencari bensin dan mengisi perut hmmm ada dua tempat pengisian bensin sebelum masuk Ruteng dan jalan arah Reo, namun yang sudah buka baru pom bensin kea rah Reo (hari minggu apalagi pagi hari merupakan jam ibadah ke gereja jadi masih banyak yang belum buka, mayoritas katolik) itupun sudah antri panjangnya minta ampun, untuk menghemat waktu akhirnya kami putuskan untuk membeli bensin eceran dan langsung mencari RM yang sudah buka pagi itu….yaaa lagi-lagi masakan padang hehe hobby banget ma masakan satu ini, atau mungkin RM yang sudah buka baru itu hehe
Ngecer bensin kie |
Breakfest at Ruteng |
Cancar merupakan salah satu kecamatan di Ruteng, ada satu tempat wisata yang sudah kami rencanakan untuk mampir di Cancar. Sawah yang berbentuk jarring laba-laba. Perjalanan mulus berliku menyusuri tepian pegunungan dan udara sejuk segar mantaps. Terik matahari tak terlalu panas terbawa dinginnya suhu pegunungan. Tak terasa 45 menit sudah perjalanan, setelah tanya beberapa warga mengenai lokasi akhirnya kami berhasil sampai juga, hanya sekitar 4 km masuk dari jalan Negara Ruteng-Labuan Bajo. Sempat kami bertemu dengan turis dari Belgium dan pastinya bakat natural kami muncul hehehehe….
Jalanan menuju Cancar |
Turis Beligium |
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sejarah Cancar (sawah jaring laba-laba)
Masyarakat Manggarai telah mengenal tradisi pembagian lahan sawah dan kebun dengan sebutan lingko. Keberadaan tanah dan adat di Manggarai diibaratkan seperti gula di dalam manisnya madu, tak terpisahkan. Lingko adalah tanah adat yang dimiliki secara komunal dan merupakan bekal untuk memenuhi kebutuhan bersama. Tanah dibagikan pada anggota mayarakat sesuai ketentuan adat. Keberadaan sebuah kampung pastilah dipusatkan di sebuah mbaru gendang dimana lingko pastilah ada
Sejarah Cancar (sawah jaring laba-laba)
Masyarakat Manggarai telah mengenal tradisi pembagian lahan sawah dan kebun dengan sebutan lingko. Keberadaan tanah dan adat di Manggarai diibaratkan seperti gula di dalam manisnya madu, tak terpisahkan. Lingko adalah tanah adat yang dimiliki secara komunal dan merupakan bekal untuk memenuhi kebutuhan bersama. Tanah dibagikan pada anggota mayarakat sesuai ketentuan adat. Keberadaan sebuah kampung pastilah dipusatkan di sebuah mbaru gendang dimana lingko pastilah ada
Sawah jaring laba-laba |
Lingko tidak dimiliki secara orang perorangan, karena ini milik komunitas. Sebuah suku atau kelompok adalah ata ngara tana atau penguasa dan tuan tanah dari lingko-nya. Setiap suku memiliki tetua yang disebut tu’a teno yaitu seseorang yang diberi kekuasaan mengatur sistem besaran tanah lingko. Sistem pengaturan besaran tanah lingko disebut lodok. Pengaturan ini dipusatkan di rumah induk mbaru gendang. Oleh karena itu, keterkaitan gendang dan simbol kekuasaan adat dengan tanah lingko sangatlah erat.
Bentuk lingko secara filosofis dikaitkan dengan mbaru niang yaitu rumah asal mula yang masih tersisa dan satu-satunya desa yang mempertahankannya, yaitu di Wae Rebo, atau pun di Ruteng Pu’u. Rumah mbaru niang memiliki tiang pancang utama (siri bongkok) di tengah-tengah yang dilingkari delapan tiang-tiang penyangga luar (siri leles) membentuk sebuah lingkaran. Di tiang pancang utama, disimpan sesajian untuk leluhur dimana di sebagian tempat di Flores disebut mori kraeng. Tiang pusat tersebut begitu sakral sifatnya.
Bentuk lingko secara filosofis dikaitkan dengan mbaru niang yaitu rumah asal mula yang masih tersisa dan satu-satunya desa yang mempertahankannya, yaitu di Wae Rebo, atau pun di Ruteng Pu’u. Rumah mbaru niang memiliki tiang pancang utama (siri bongkok) di tengah-tengah yang dilingkari delapan tiang-tiang penyangga luar (siri leles) membentuk sebuah lingkaran. Di tiang pancang utama, disimpan sesajian untuk leluhur dimana di sebagian tempat di Flores disebut mori kraeng. Tiang pusat tersebut begitu sakral sifatnya.
we are soldier hehehe |
Demikian pula dalam struktur perkampungan atau beo di Manggarai. Rumah-rumahnya memiliki formasi dalam bentuk konsentris yang melingkar mengitari compang, yaitu fondasi batu berundak dimana sebuah altar yang menjadi tempat sakral bagi para leluhur kampung ditempatkan. Dalam penyusunan lingko, sistem lodok yang digunakan tak jauh dari pengaturan mbaru niang ataupun bentuk sebuah beo.
Rumah adat Manggarai |
Di pusat sawah lingko terdapat teno, yaitu kayu yang menjadi titik pusat ditariknya garis menuju batas terjauh. Dulu biasanya ditanam ‘pohon teno’ yang akirnya disebut teno. Pusat ini juga disebut lodok. Di Cancar, teno di pusat sawah lingko ditandai oleh sebuah kayu berbentuk simbol ketuhanan yang satu, yaitu mangka. Yang menguasai sebuah petak dalam lodok diatur oleh tu’a teno. Ada yang disebut warga beo yang merupakan pewaris tanah yang berhak memilikinya dan juga ada pendatang yang berasal dari hasil perkawinan.
Tengah lingko |
Secara fisik, sebuah tanah lingko menjadi sebuah daya tarik luar biasa. Berawal dari pembagian tanah yang didasari sistem adat, tanah lingko muncul dalam pandangan pelancong sebagai keunikan yang tidak ada bandingannya. Secara fisik maupun filosofis, lingko di Cancar merupakan ‘keanehan’ yang begitu mengasyikan untuk dilihat atau diabadikan sebuah kamera.
another side |
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah cancar tujuan selanjutnya adalah Labuan Bajo. Perjalanan cukup cepat dikarekan jalanan mulus berliku memutari pegunungan Ruteng. Beberapa bagian jalan sedang diperbaiki juga ternyata, program pemerintah perluasan dan perbaikan jalan serentak dilakukan dibeberapa kabupatan di pulau flores dari Ende hingga Labuan Bajo, sempat diskusi sedikit dengan bayu dibelakang (coz now aku yang rider didepan) kira-kira biayanya habis berapa ya untuk mendanai jalan yang begitu jauh jaraknya??hehe ngobrol ngalor ngidul cukup lama sambil menyusuri ruteng. Sempat bosan juga melaju dengan kecepatan konstan dan jalan berliku menurun, yang ada dalam pikiran adalah Labuan Bajo. Aku pikir temen-temen butuh semangat baru nieh setelah dari Cancar tadi kami belum mendapatkan hiburan sama sekali, akhirnya aku putuskan untuk menambah kecepatan agar bisa lebih cepat melihat sedikit gambaran daerah setelah pegunungan yang kami lewati. Hemmm dan ternyata firasatku benar setelah jalur menurun dari pegunungan Ruteng sudah nampak terlihat laut dan pulau-pulau kecil, spontan langsung aku teriakkan LAUT..LAUT, LABUAN IM COMING haha…….teman-teman yang sedarinya sedang menurun semngatnya dan juga bosan dengan jalur yang dilewati tersontak kaget melihat arah yang aku tunjuk…dan benar semangat mereka mulai naik lagi, tinggal sedikit lagi teman-teman bicaraku lantang didepan hehe (sambil teriak-teriak penuh keceriaan) seperti mendapat tenaga baru setelah melihat sendiri laut yang biru dari kejauhan.
Namun setelah sekitar 45 menit menyusuri jalan, mulai menyadari bahwa jarak yang dilihat tadi ternyata masih cukup jauh…melihat laut, motivasiku dan anggapan jarak sudah dekat menipu sudah hahaha….masih cukup jauh jarak yang kami tempuh ternyata hahaha “Mata Ilusi, dan motivasi Ilusi”
Setelah cancar tujuan selanjutnya adalah Labuan Bajo. Perjalanan cukup cepat dikarekan jalanan mulus berliku memutari pegunungan Ruteng. Beberapa bagian jalan sedang diperbaiki juga ternyata, program pemerintah perluasan dan perbaikan jalan serentak dilakukan dibeberapa kabupatan di pulau flores dari Ende hingga Labuan Bajo, sempat diskusi sedikit dengan bayu dibelakang (coz now aku yang rider didepan) kira-kira biayanya habis berapa ya untuk mendanai jalan yang begitu jauh jaraknya??hehe ngobrol ngalor ngidul cukup lama sambil menyusuri ruteng. Sempat bosan juga melaju dengan kecepatan konstan dan jalan berliku menurun, yang ada dalam pikiran adalah Labuan Bajo. Aku pikir temen-temen butuh semangat baru nieh setelah dari Cancar tadi kami belum mendapatkan hiburan sama sekali, akhirnya aku putuskan untuk menambah kecepatan agar bisa lebih cepat melihat sedikit gambaran daerah setelah pegunungan yang kami lewati. Hemmm dan ternyata firasatku benar setelah jalur menurun dari pegunungan Ruteng sudah nampak terlihat laut dan pulau-pulau kecil, spontan langsung aku teriakkan LAUT..LAUT, LABUAN IM COMING haha…….teman-teman yang sedarinya sedang menurun semngatnya dan juga bosan dengan jalur yang dilewati tersontak kaget melihat arah yang aku tunjuk…dan benar semangat mereka mulai naik lagi, tinggal sedikit lagi teman-teman bicaraku lantang didepan hehe (sambil teriak-teriak penuh keceriaan) seperti mendapat tenaga baru setelah melihat sendiri laut yang biru dari kejauhan.
Namun setelah sekitar 45 menit menyusuri jalan, mulai menyadari bahwa jarak yang dilihat tadi ternyata masih cukup jauh…melihat laut, motivasiku dan anggapan jarak sudah dekat menipu sudah hahaha….masih cukup jauh jarak yang kami tempuh ternyata hahaha “Mata Ilusi, dan motivasi Ilusi”
Gedung kantor bupati baru Manggarai Barat |
and then kami sampai juga dan memasuki kab Manggarai Barat (Labuan Bajo) yang selama ini sering aku dengar hanya lewat telivisi saja sekarang kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan untuk mengeksplornya. Tujuan kami yang pertama adalah melihat keindahan kota Labuan Bajo, bersuhu cukup panas karena dekat dengan laut dan secara tidak sengaja kami sampai disalah satu obyek wista Goa Batu Cermin
Goa Batu Cermin |
Tangga masuk Gua |
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sejarah Goa batu Cermin
Dinamakan Batu Cermin karena permukaannya yang begitu halus sehingga bisa memantulkan sinar matahari layaknya cermin jika terkena cahaya. Permainan cahaya yang sibuk menyusup melalui lubang gua memang jadi atraksi utama gua ini terutama pukul 9-10 pagi. Penemu goa ini adalah Theodore Verhoven, seorang pastor Belanda yang juga seorang arkeolog, pada 1951. Obyek wisata seluas 19 hektar dengan tinggi goa sekitar 75 meter ini dipastikan ramai di siang hari. Untuk menuju goa, dari tempat parkir kendaraan, kami harus berjalan kaki sekitar 300 meter menyusuri jalan setapak yang sudah diberi korn blok. Bisa dibayangkan berjalan di siang hari sudah tentu membuat keringat langsung mengucur deras.
Sejarah Goa batu Cermin
Dinamakan Batu Cermin karena permukaannya yang begitu halus sehingga bisa memantulkan sinar matahari layaknya cermin jika terkena cahaya. Permainan cahaya yang sibuk menyusup melalui lubang gua memang jadi atraksi utama gua ini terutama pukul 9-10 pagi. Penemu goa ini adalah Theodore Verhoven, seorang pastor Belanda yang juga seorang arkeolog, pada 1951. Obyek wisata seluas 19 hektar dengan tinggi goa sekitar 75 meter ini dipastikan ramai di siang hari. Untuk menuju goa, dari tempat parkir kendaraan, kami harus berjalan kaki sekitar 300 meter menyusuri jalan setapak yang sudah diberi korn blok. Bisa dibayangkan berjalan di siang hari sudah tentu membuat keringat langsung mengucur deras.
Bambu sebagai tempat peneduh |
Di pintu masuk kami diminta membayar sekitar Rp. 10.000 untuk bisa menjelajahi area gua Batu Cermin. Bisa juga meminta tolong guide untuk menemani menyusuri dalam gua. Gua ini memang gelap, tapi tanpa pengap. Begitu masuk aku merasakan udara yang sangat segar, lebih segar dari udara luar gua! Lambat laun mata akan menyesuaikan dengan kegelapan sekitar dan akan mengagumi tekstur gua yang terpahat begitu indah oleh alam. Sekadar berdiam dan matikan lampu senter patut dicoba untuk merasakan sensasi berbeda
Jalan Gua yang gelap gulita |
Hanya cukup satu orang untuk jalan |
Goa ini dulunya berada di bawah laut berdasarkan temuan koral dan fosil satwa laut yang menempel di dinding goa. Yang paling terlihat adalah sebuah fosil kura-kura di dinding goa. Sebelum memasuki goa, kami ditawari untuk menyewa jasa guide dan senter. Pasalnya, Goa Batu Cermin ini sangat gelap. Selain sempit, untuk masuk ke dalam goa, kami harus menunduk, bila perlu merangkak karena stalaktit yang berada di atas gua.
Ada yang merangkak juga nie, tinggi stalagmit cuma 50cm dari tanah |
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selanjutnya kami memutuskan untuk mencari tenaga dulu, cari makan yang murah dan makyus hehe…dijalan setelah celingak-celinguk kami menemukan Me Ayam Solo hehehe…langsung sikat deh (jauh-jauh kelabuan bajo makannya mie ayam solo hehe)
Selanjutnya kami memutuskan untuk mencari tenaga dulu, cari makan yang murah dan makyus hehe…dijalan setelah celingak-celinguk kami menemukan Me Ayam Solo hehehe…langsung sikat deh (jauh-jauh kelabuan bajo makannya mie ayam solo hehe)
Makan Mie ayam dulu |
Jauh-jauh di labuan bajo makannya mie ayam Wonogiri ( Solo) heheeh |
Makan selesai kami melanjutkan untuk mencari penginapan dan prepare liat final euro nanti malam. Info didapat nanti malam ada nonton bareng di dekat penginapan. Setelah ceckin dan istirahat sejenak sore hari sekitar pukul 16.00 WITA kami register ke kapten untuk konfirmasi keberangkatan kami esuk hari kepulau komodo sekalian jalan-jalan melihat sun setnya Labuan bajo hehehe…
Gazebo tepi laut Labuan Bajo |
Sunset at demarga Labuan Bajo |
Malam hari diLabuan bajo tidak kami lewati begitu saja, kesempatan ini kami gunakan untuk jalan-jalan dan melihat beranekaragam shop art yang ada disaana dan hasilnya shopping baju komodo hahaha
Dinner with Sate Ayam |
art shop Labuan Bajo |
Hasil Shopping hehe |
Hari kedua ini kami tutup dengan prepare liat final euro, sekitar pukul 23.00 WITA we take a rest
Dont miss it Part 3
Tour de Flores (Part 3)
Day 3nd, Senin 2 juli 2012
“Ping Beach dan Pulau Komodo"
Tunggu release nya....nieh intip pic dikit buat Part 3 and Part 4
Dont miss it Part 3
Tour de Flores (Part 3)
Day 3nd, Senin 2 juli 2012
“Ping Beach dan Pulau Komodo"
Tunggu release nya....nieh intip pic dikit buat Part 3 and Part 4